5 Perempuan "Menakutkan" Sepanjang Sejarah
Ilustrasi Perempuan Menakutkan (Sumber) |
Salam mitra!
Kata “menakutkan” untuk
perempuan-perempuan berikut ini memang pantas untuk disematkan. Tapi “menakutkan”
yang dimaksud adalah bukan seperti yang anda bayangkan: berwujud seram atau
selalu menakuti orang lain dengan mata mengancam dan senyuman yang mematikan. Bukan
seperti itu sama sekali. Tetapi perempuan-perempuan ini memiliki banyak jasa terhadap perubahan
positif di bangsanya hingga menakuti orang-orang yang memiliki niat tidak baik.
Selain itu, kelima perempuan ini meninggalkan pesan bahwa: “Perempuan tidak
boleh dianggap remeh”
Di Indonesia, kita mengenal nama
Raden Adjeng Kartini; seorang pahlawan Nasional yang memperjuangkan pendidikan setara
untuk perempuan pribumi yang hari kelahirannya dijadikan sebagai Hari Kartini
setiap tanggal 21 April. Siapakah yang tidak mengenal Kartini dan kumpulan
suratnya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”? Pernahkah anda bertanya,
“apakah perjuangan Kartini ini ada hasilnya?” Lihat sekitar teman-teman, begitu
banyak perempuan hebat kan?
Sebenarnya masih banyak tokoh
perempuan lainnya yang dapat mengingatkan kita bahwa perjuangan mereka dalam
merubah nasib suatu bangsa atau daerah hingga kadang membahayakan nyawa mereka;
akan tetapi mereka kurang terdengar di
Indonesia. Kali ini kami ingin mengajak teman-teman jobseeker untuk melihat lebih luas, melihat tokoh-tokoh perempuan “menakutkan”
yang tidak terlalu populer dan telah berhasil untuk merubah suatu bangsa atau
daerah:
1. Mirabal Bersaudari
Mirabal Bersaudari minus Dedé Mirabal (Sumber) |
Patria, Minerva, Maria Teresa dan
Dedé Mirabal adalah empat bersaudari yang hidup di era 1950-an di Negara
Dominika. Saat itu Negara ini dikuasai oleh seorang pemimpin diktator, Rafael
Trujillo yang pernah menjadi Presiden dari tahun 1930 – 1938, kemudian dipilih
lagi menjadi Presiden pada tahun 1942 – 1952, tapi sudah memerintah “dibalik
layar” sebagai diktator dari tahun 1930 hingga 1961.
Rafael Trujillo bertanggungjawab
pada berbagai pembantaian, salah satunya adalah Pembantaian Parsley, dimana ia
telah memerintahkan untuk membantai puluhan ribu imigran dari Haiti (sekitar
30.000 orang). Selain pembantaian, Rafael juga melakukan opresi pada
pihak-pihak yang dianggap melawan pemerintahannya dengan melakukan berbagai
penangkapan dan pembunuhan yang tersembunyi.
Selain itu seluruh berita di
media diatur oleh Rafael agar terus membanggakan keluarganya dan menjatuhkan
lawan politiknya.
Rafael Trujillo (Sumber) |
Merasa pernah mendengar kisah
yang mirip di Indonesia?
Mirabal bersaudari yang jengah
akan kediktatoran Rafael Trujillo pun akhirnya memutuskan untuk melawan (Dedé
tidak ikut serta). Mereka membagikan pamflet yang menginformasikan bahwa Rafael
Trujillo lah yang bertanggungjawab terhadap beberapa pembantaian dan banyak
kasus-kasus tidak terpecahkan lainnya. Selain itu, mereka juga mengumpulkan
senjata api sekaligus bom agar nanti dapat digunakan apabila terjadi revolusi
besar di Negara tersebut.
Mirabal Bersaudari menamakan diri
mereka Las Mariposas (Sang Kupu-kupu)
Beberapa kali mereka dipenjara,
tidak mematahkan semangat mereka hingga akhirnya pada tanggal 25 November 1960
saat pulang dari menjenguk suami mereka yang dipenjara (suami mereka juga ikut
berjuang), mereka dieksekusi oleh anak buah Rafael dan mayat mereka dibuat
sedemikian rupa hingga tampak bahwa mobil yang mereka tumpangi rusak dan masuk
ke jurang.
Kematian Mirabal Bersaudari ini
membakar amarah rakyat dan para tokoh-tokoh di Negara Dominika. Pada hari
Selasa tanggal 30 Mei 1961, Rafael Trujillo ditembak hingga tewas di dalam
mobilnya oleh pihak yang jengah akan kepemimpinan Rafael.
Setelah kematian Rafael,
anak-anaknya segera dipanggil untuk menggantikan posisi ayahnya. Akan tetapi
kekuatan rakyat yang begitu besar hingga akhirnya Negara ini berubah menjadi
Republik Dominika yang mengusung kekuatan demokrasi.
Pada tahun 1999, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 25 November sebagai “Hari Internasional
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan” untuk mengenang perjuangan dan
pengorbanan yang sudah dilewati oleh Mirabal Bersaudari.
Sekarang, Mirabal Bersaudari
dikenali di Republik Dominika sebagai simbol keberanian dan kepemimpinan dalam
memperjuangkan rakyat. Walaupun Mirabal Bersaudari pernah kehilangan orangtua,
kekasih, dan keluarga, mereka terus berjuang demi keadilan dan hak rakyat
Dominika hingga harus mengorbankan nyawa mereka.
2. Theresa
Kachindomoto
Theresa adalah seorang
Ketua/Kepala Tertinggi, atau Inkasi dari Distrik Dedza di Negara Malawi
– Afrika Tenggara. Malawi adalah salah satu Negara termiskin di dunia, dan
memiliki tingkat penularan HIV yang tinggi.
Terdapat tradisi di Malawi yang
bernama Kusasa Fumbi atau sebuah praktek “pembersihan” yang dilakukan
terhadap anak-anak perempuan sebelum menikah. Tradisi ini mengajarkan anak-anak
perempuan (bahkan ada yang masih 7 tahun) bagaimana cara ‘memuaskan laki-laki’ dengan
melakukan tarian yang merangsang dan bahkan berhubungan seksual dengan
laki-laki dewasa yang beberapa nanti akan menjadi suaminya; beberapa hanya
untuk melepas keperawanan anak tersebut. Seringnya, hubungan seksual yang
terjadi disana tidak dilakukan tanpa alat pelindung atau kondom. Oleh karena
itu, tradisi ini menyumbang peran dalam penyebaran HIV di Negara Malawi.
Theresa merupakan keturunan dari
Ketua di Distrik Dedza. Setelah Ketua sebelumnya lungsur, Theresa dipanggil
untuk memerintah Distrik ini. Saat baru memerintah, ia terkejut saat ia melihat
anak perempuan yang masih berusia 12 tahun sudah memiliki anak bayi.
Sebuah survei yang dilakukan PBB
menunjukan bahwa lebih dari setengah anak perempuan di Malawi menikah di bawah
usia 18 tahun. Hal ini mengukuhkan posisi Malawi di urutan ke-8; dari 20 Negara
dengan tingkat pernikahan di bawah umur paling tinggi di seluruh dunia. Hal ini
dikarenakan oleh adanya tradisi pernikahan di bawah usia di Malawi. Kebanyakan
disebabkan oleh alasan ekonomi; orang tua yang menikahkan putrinya akan
mendapatkan mahar dari pihak keluarga laki-laki/suami.
Tradisi menikahkan anak dan Kusasa Fumbi ini tidak ada hubungannya
dengan aliran agama tertentu, tradisi seperti ini bersifat kultural atau
tradisi yang dilestarikan oleh BUDAYA DAERAH tertentu, bukan AGAMA.
Theresa Kachindomoto (Sumber) |
Mulai memerintah sekitar 900.000 orang
pada tahun 2013 dan hingga 2016; 3 tahun setelah ia memerintah, ia sudah
membatalkan 850 pernikahan di bawah umur. Selain itu, ia juga meminta dan masih
berusaha untuk menghentikan tradisi Kusasa Fumbi walaupun masih terdapat
banyak perlawanan dari berbagai pihak, “Saya bilang pada banyak Kepala Suku
bahwa praktek ini harus berhenti, atau saya akan memecat mereka” ujar
Theresa. “Saya tidak mau pernikahan di
bawah umur ini terus terjadi, anak-anak tersebut harus sekolah. Saya telah
menetapkan Peraturan yang melarang praktek ini terjadi di Distrik saya…. Tidak
boleh ada anak yang dapat terlihat di rumah sedang membersihkan kebun, atau
melakukan tugas-tugas rumah tangga di waktu sekolah. Tidak boleh ada Kepala
Desa atau pihak Gereja manapun yang dapat men-sah-kan sebuah pernikahan sebelum
mereka memastikan usia pasangan tersebut” lanjutnya.
“Didiklah seorang anak perempuan maka kamu akan mendidik seluruh
daerah… (berarti kamu akan) mendidik seluruh dunia”
-Theresa Kachindomoto-
3. Penyihir Malam
Pada suatu malam di jaman Perang
Dunia Kedua, beberapa Panglima Nazi (Jerman) sedang merencanakan strategi
perang terbaik untuk mengalahkan sekutu di sebuah markas yang dijaga ketat oleh
ratusan anak buahnya. Saat sedang berdebat, para panglima perang tersebut
tiba-tiba mendengar seperti suara siul yang melengking. Saling berpandang,
tiba-tiba terlihat cahaya terang dan suara dentuman besar menggetarkan bumi. Mereka
semua terpental. Rasa pedih terbakar menjalar di seluruh tubuh. Teriakan teror
terdengar lantang. Semuanya telah gugur; kecuali seorang panglima yang
mendengar suara tembakan ke langit dan teriakan tentara lainnya “Ada musuuh!!”.
Saat memandang keatas, tidak banyak yang yang ia dapatkan kecuali suara mesin
pesawat dan suara sapu kayu yang terbang dalam kegelapan malam; seperti sapu
yang dinaiki oleh penyihir malam.
Penyihir malam memang nyata, tapi
bukan seperti yang teman-teman bayangkan; bukan Nenek-nenek dengan topi hitam
panjang menaiki sapu terbang; Penyihir Malam adalah sebutan yang disematkan
pada Rejimen Pembom Malam 588 untuk pasukan Angkatan Udara Uni Soviet.
Hebatnya, kebanyakan dari pilot pembom ini adalah: PEREMPUAN!
Beberapa Penyihir Malam Uni Soviet (Sumber) |
Kemampuan terbang mereka tidak
diragukan lagi. Seperti namanya, mereka melakukan operasi serangan di malam
hari. Dengan menerbangkan pesawat Polikarpov (pesawat yang kebanyakan terbuat
dari kanvas dan kayu, lebih banyak digunakan untuk latihan terbang tapi terkenal
atas kemampuan manuvernya), mereka akan mematikan mesin dan melayang di udara
(pesawatnya ringan dengan membawa maksimal 6-8 bom) sambil mendekati target.
Karena bahan pesawat yang dari kayu (apabila tertembak gampang terbakar) dan
kanvas, saat terkena angin mereka akan terdengar seperti suara sapu kayu yang
melayang di udara. Tanpa disangka, tiba-tiba bom sudah dilepaskan di daerah
sasaran. Begitu ledakan sudah terlihat, mereka akan menyalakan mesin kembali
dan pergi dari TKP.
Berkat kemampuan mereka yang
mengancam itulah akhirnya tentara Nazi memberikan nama “Penyihir Malam”. Jadi,
nama tersebut bukannya diciptakan sendiri, tapi diberikan oleh musuh; betapa
menakutkannya mereka untuk musuh. Bahkan, Nazi percaya bahwa pasukan perempuan
ini diberikan obat-obatan khusus yang memberikan mereka kemampuan melihat
jernih dalam gelapnya malam.
Salah satu “pentolan” dalam
pasukan ini adalah Nadezhda Popova yang sudah belajar mengemudikan pesawat dari
usia 15. Rasa kebencian terhadap Nazi begitu besar dari dirinya karena kakaknya
sendiri tewas oleh Nazi; selain itu mereka juga merebut rumah Nadezhda dan
dijadikan sebagai markas pasukan khusus Nazi: Gestapo. Nadezhda kemudian
menjadi salah satu pilot terbaik yang terus mengancam Nazi. Beberapa kali ia
sudah tertembak jatuh dan beberapa kali juga ia selamat hingga akhirnya ia
menjadi Komandan Skwadron. Secara keseluruhan, Nadezhda sudah 852 kali
melakukan misi terbang selama bertugas dalam Rejimen Penyihir Malam.
Nadezha Popova (Sumber) |
Setelah Perang Dunia Kedua
berakhir, ia mendapatkan berbagai penghargaan termasuk dianggap sebagai
Pahlawan Uni Soviet oleh Presiden Lenin.
4. Malala Yousafzai
Apakah anda tahu sebuah kelompok
ektrimis Taliban? Kelompok yang bertanggungjawab atas berbagai serangan teror
di seluruh dunia ini juga suka menerapkan sistem hukum ekstrim pada “daerah
jajahannya”. Hal ini juga terjadi pada Swat Valley di Provinsi Pakhtunkhwa –
Pakistan. Selain penjajahan militer yang diterapkan Taliban, mereka juga
melarang anak-anak, khususnya perempuan untuk bersekolah.
Pada tahun 2009 saat Malala
Yousafzai berusia 11-12 tahun, ia merasa bahwa penjajahan ini tidak dapat
dibiarkan. Akhirnya ia menulis blog
pada BBC Urdu dengan nama samaran dan menceritakan kehidupan yang ia jalani di
bawah penjajahan Taliban, bagaimana mereka berusaha untuk menduduki desanya,
sekaligus juga menceritakan pendapatnya tentang bagaimana seorang anak
perempuan di daerahnya harusnya mendapatkan pendidikan yang sesuai.
Malala Yousafzai (Sumber) |
Apabila anda pernah mendengar
ungkapan “pena lebih tajam daripada pedang”, ini adalah kasus yang sangat
menggambarkan ungkapan tersebut.
Tulisan Malala akhirnya terdengar
oleh seorang jurnalis New York Times, dan akhirnya ia membuat sebuah film
dokumenter tentang kehidupannya dengan judul “Class Dismissed: Malala’s Story”
(anda dapat melihat film dengan durasi 32 menit itu disini).
Semenjak itulah nama Malala naik dan sering memberikan pidato yang diliput oleh
media dan dinominasikan sebagai peraih Penghargaan Perdamaian Anak
Internasional.
Kelompok Taliban pun tidak
tinggal diam. Pada tanggal 9 Oktober 2012, saat Malala sedang menaiki bis
sekolahnya, seorang laki-laki memanggil namanya. Saat Malala menengok,
laki-laki tersebut mengarahkan sebuah pistol ke arah wajahnya dan menembak
sebanyak tiga kali. Satu peluru mengenai pelipis sebelah kiri Malala, melewati
bawah kulit wajah hingga menembus ke pundaknya.
Apakah kejadian tersebut
menghentikan gerakan Malala selamanya dalam memperjuangkan pendidikan dan hak
perempuan? TIDAK.
Malala selamat, peluru tersebut
tidak menghalangi tekadnya untuk terus berjuang. Selama beberapa hari dalam
kondisi kritis dan tidak sadar, akhirnya kondisinya membaik. Hal ini mendorong
50 ulama Muslim untuk mengeluarkan fatwa terhadap siapapun yang telah
berusaha membunuh Malala; akan tetapi Taliban masih tidak mau kalah, mereka
menyatakan niat mereka untuk membunuh Malala dan Ayahnya.
Kejadian ini membakar semangat
nasional dan internasional untuk terus memberikan dukungan mereka terhadap
Malala. Hingga akhirnya PBB mengeluarkan petisi atas nama Malala yang menyatakan
bahwa pada akhir tahun 2015, semua anak di seluruh dunia sudah harus
bersekolah; hal ini mendorong Pakistan untuk meratifikasi Undang-undang
Pendidikan pertama dalam Negara tersebut.
Setelah itu Malala mendapatkan
banyak sekali penghargaan, termasuk Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun
2014. Kisahnya terus diliput media hingga seorang sutradara Hollywood menangkat
kisahnya dalam sebuah film dokumenter berjudul “He Named Me Malala” dan mendapatkan nominasi Oscar pada tahun
2015.
Hingga sekarang Malala masih
memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang sama (sambil
bersekolah).
Apakah anda tahu berapa usia
Malala sekarang (per Mei 2016)?
18.
5. Tri Mumpuni
Tri Mumpuni (Sumber) |
Pernahkah anda pergi ke sebuah
kampung halaman orang tua anda di pedalaman Jawa Tengah misalnya? Atau di
daerah Sumatera? Saking pelosoknya, hingga disana tidak ada listrik karena
Perusahaan Listrik Negara belum menjangkau tempat tersebut?
Untuk itu, manusia seperti Tri
Mumpuni tercipta di dunia. Ia dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan kemandirian
masyarakat di kawasan terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH) dan telah diakui baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ia tidak
jarang berhari-hari tinggal di satu desa yang jauh dari akses infrastruktur dan
informasi, hanya untuk memastikan kesiapan masyarakat membangun listrik mikro
hidro.
Metode PLTMH adalah dengan
memanfaatkan aliran air sungai untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Awalnya Bu Puni—begitu ia biasa dipanggil, bersama suaminya berkeliling ke
desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namun belum ada kabel distribusi
listrik di lokasi tersebut. Hal ini kemudian menginspirasi Bu Puni dan suaminya
untuk membentuk sebuah Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) bernama IBEKA (Institut
Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan) dalam menerangi desa-desa tersebut.
Mulai tahun 1997 hingga sekarang,
Bu Puni dan IBEKA sudah membangun PLTMH di lebih dari 60 lokasi seluruh
Indonesia, termasuk satu lokasi di Filipina.
Bu Puni dan IBEKA tidak hanya
membangun PLTMH saja, bayangkan kemampuan penduduk desa yang tiba-tiba
diberikan sebuah alat pembangkit listrik besar dan tidak tahu apa-apa tentang alat
tersebut? Oleh karena itu sebelum pemasangan alat ia akan menurunkan tim untuk
melakukan “pendekatan” terhadap masyarakat sekaligus melakukan berbagai
pelatihan tentang cara merawat alat pembangkit, sistem iuran, mengatur
pemasukan dan pengeluaran dana, bagaimana cara birokrasi dengan pihak PLN,
membentuk kelompok dalam desa agar program ini bisa terus berkelanjutan, dan
lain-lain sebagainya. Jadi selain membangun, Bu Puni juga mendidik.
“Dan dengan wirausahawan berjiwa
sosial seperti Bu Puni, yang telah membantu masyarakat pedesaan di Indonesia
untuk membangkitkan listrik, serta (mendapatkan) pemasukan dari tenaga air,”
puji Presiden AS Barack Obama dalam pidato pembukaan untuk “Presidential Summit
on Entrepreneurship” pada tahun 2010 di Washington, DC.
Kemudian pada tahun 2012, Bu Puni
mendapatkan Ashden Awards (penghargaan untuk bidang energi). Sekarang Bu Puni
dan IBEKA terus melebarkan sayapnya menyebarkan energi hingga Rwanda dan Kenya,
walaupun saat ini masih dalam tahap pelatihan.
Dari kelima perempuan tersebut
dapat dilihat bahwa mereka berjuang untuk nasib orang lain. Jadi, saat anda
mengeluhkan kesulitan dalam memperjuangkan nasib anda, atau bahkan merubah
nasib orang lain, ingatlah perempuan-perempuan ini.
"Apabila pena memang lebih
tajam daripada pedang, maka keluhan itu lebih tumpul daripada sendok karatan."
-Ambrita M. R-
Jangan menyerah dan terus
berusaha.
Selamat Hari Kartini.
Salam Mitra.
Bacaan lebih lanjut:
Tomoe Gozen
Trung Sisters
Butet Manurung
Aung San Suu Kyi
Sonita Alizadeh
Benazir Bhutto
Sumber (klik untuk lihat):
Komentar
Posting Komentar