Idul Fitri dan Makna 'Maaf'

Selamat pagi !

Pertama-tama kami ingin mengucapkan Minal Aidzin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Selamat Idul Fitri pada semua teman-teman yang ikut merayakan!


Lalu bagaimana mudik kemarin? Semoga semuanya lancar ya. Amiiinnnn

Dan satu lagi, awas itu dijaga kolestrol dan darah tingginya ya, makannya dijaga ! hehehe :p

Idul Fitri atau lebaran adalah sebuah hari dimana seluruh umat Muslim di seluruh dunia ikut merayakannya. Hari yang penuh kemenangan ini juga memiliki makna kembali ke Fitrah, atau kembali suci; dengan kata lain berarti Idul Fitri adalah momen untuk meminta maaf dan memaafkan. 

Idul Fitri berarti membuka kesempatan kita untuk meminta maaf.

Idul Fitri  membuka kesempatan kita untuk memaafkan kesalahan-kesalahan.

Semenjak kecil hingga sekarang kita selalu diajarkan untuk memaafkan dan meminta maaf pada orang lain apabila ada kesalahan. Tetapi, apakah anda tahu makna 'maaf'?


Banyak yang bilang bahwa memaafkan itu adalah "mengikhlaskan"; banyak juga yang bilang "melupakan", dan banyak lagi pendapat-pendapat pribadi tentang maaf itu sendiri.

Dalam sudut pandang Islam, Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy) (Sumber)

Satu poin untuk "maaf"

Walaupun kita masih dekat dengan momen Idul Fitri, tetapi jangan menghentikan langkah anda untuk memiliki pikiran terbuka. Dalam kesempatan kali ini, kami ingin membahas "maaf" dari sudut pandang sebanyak mungkin. Apabila tadi kami membahas sedikit tentang maaf menurut pandangan Islam, bagaimana maaf menurut pandangan umat Kristiani?

Alkitab pun mengajarkan kepada kita untuk menyikapi bagaimana seharusnya kita bertindak, memaafkan ataupun mengampuni. Berikut salah satu petikan dari Injil Matius: 18: "Saat Petrus bertanya kepada Yesus, sampai berapa kali dia harus mengampuni saudaranya jika berbuat salah apakah sampai 7 kali, Yesus memberikan jawaban yang diluar dugaan, seperti yang tertulis dalam ayat 22 : “Yesus berkata kepadanya :”Bukan! Aku berkata kepadamu : Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. (Injil Matius 18 : 21-35) (Sumber)

Dua poin untuk "maaf"

Lalu, bagaimana konsep maaf dalam ajaran agama Hindu?

Apakah anda pernah melihat tren anak muda jaman sekarang di kota-kota besar yang seperti ini?


Color Run Jakarta 2014 (Sumber)


Lalu, bagaimana dengan perayaan umat Hindu yang bernama "Holi":


(Sumber)
Perayaan Holi tersebut adalah festival Hindu yang biasa diadakan saat musim semi. Saat perayaan ini, semua orang, baik yang muda maupun tua ikut merayakannya dengan menari, tertawa, dan melumuri satu sama lainnya menggunakan Abir, semacam bubuk pewarna, atau Gulal, air berwarna. Perayaan ini secara budaya adalah hari dimana umat Hindu saling memaafkan, bertemu dan berdamai dengan orang yang pernah ada "sejarah buruk" dengan anda (Sumber Wikipedia dan berikut Jurnalnya). Hal ini juga terjadi di Bali - Indonesia, yaitu dalam rangkaian perayaan Nyepi: Ritual Ngembak Geni/Labuh Brata adalah ritual dimana orang-orang dapat bertemu dan saling memaafkan satu sama lain (Sumber Wikipedia dan berikut Sumber Aslinya)

Lalu, apa hubungannya dengan Color Run? 

Sekedar fakta saja sih, setidaknya apabila anda akan mengikuti Color Run Festival, anda akan mengingat bahwa di balik bersenang-senang, anda juga dapat memaknai kegiatan tersebut untuk merenung dan memaafkan sekaligus meminta maaf pada orang-orang terdekat anda  :D :D

Tiga poin untuk "maaf"

Pembahasan maaf belum selesai sampai disini, dalam agama Buddha pun 'maaf' juga dianggap sebagai sebuah perbuatan yang dapat mencegah pikiran-pikiran negatif yang dapat merusak mental. Dalam Dhammapada, yaitu  Kumpulan Sabda-sabda Sang Buddha, terdapat salah satu sabda Buddha yang menyebutkan tentang maaf dan tidak mendendam:

Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya.”
Selama seseorang masih menyimpan pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.

“Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya.”
Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir.
(YAMAKA VAGGA - Syair Berpasangan 1.3-4)
Empat poin untuk "maaf"

Semua yang sudah dibahas diatas membahas 'maaf' dalam persepsi berbagai macam agama di seluruh dunia. Lalu, bagaimana 'maaf' dari sudut pandang ilmiah?

Michael McCullough, seorang profesor Psikologi di University of Miami, Amerika Serikat, merupakan salah satu ilmuwan yang aktif meneliti tentang 'maaf'. 

(Witvliet Sumber foto)
(McCullough Sumber foto)
Dalam jurnalnya yang dimuat dalam Handbook of Positive Psychology, McCullough bersama rekan penelitinya, Profesor Charlotte van Oyen Witvliet  menulis, bahwa 'maaf' itu berbeda dengan 'pardoning' (mengampuni, tapi lebih pada konsep hukum); 'condoning' (juga berarti mengampuni, tapi lebih membenarkan perilaku salah); 'excusing' (mengijinkan atau mengecualikan, sesuatu terjadi karena keadaan, misal: "untuk kali ini aku maafkan karena macet"); 'forgetting' (melupakan atau menolak untuk ingat sesuatu); dan 'denial' (penolakan, tidak dapat menerima kondisi sakit yang disebabkan oleh seseorang). McCullough juga berpendapat bahwa berpendapat berbeda maknanya dengan 'rujuk', yaitu sebuah istilah yang biasa digunakan pada hubungan yang sudah kandas (McCullough & Witvliet, 2002).

Mereka berusaha memahami 'maaf' sebagai sebuah respons, sebuah perubahan prososial (perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya, sebuah perilaku memberi tanpa mengharapkan imbalan) yang terjadi pada pikiran, emosi, atau perilaku si korban (yang merasa tersakiti) terhadap si pelaku (yang memberikan rasa sakit).

Selain penelitian yang dilakukan McCullough dan Witvliet, banyak juga peneliti lain yang mendefinisikan 'maaf'. Pada intinya, semua definisi itu memiliki satu makna yang sama, yaitu: Saat seseorang memaafkan, respon dia terhadap si pelaku  (misalkan, apa yang mereka rasakan dan pikirkan, apa yang akan mereka lakukan, atau bagaimana perilaku mereka) berangsur-angsur positif -atau bahkan prososial seiring berjalannya waktu. (McCullough & Witvliet, 2002)


Berikut jurnal dalam versi PDF yang dapat anda baca: (McCullough dan Witvliet: Psychology of Forgiveness)

Lima poin untuk 'maaf'

Dari seluruh sudut pandang yang kami tulis diatas, semua hal yang menyangkut 'maaf', baik dari semua sudut pandang agama, maupun ilmiah, tidak ada yang mengatakan bahwa 'maaf' itu tidak baik. Semua persepsi tersebut mengutarakan bahwa 'maaf' adalah hal yang sangat baik. Lebih jauh lagi, McCullough menulis berbagai hasil penelitian lainnya tentang maaf:

Fakta tentang  'maaf' (McCullough & Witvliet, 2002):
  1. Seseorang cenderung lebih dapat memaafkan begitu mereka semakin tua 
  2. Hal diatas berarti bahwa ‘memaafkan’ adalah salah satu sikap kedewasaan 
  3. Seseorang yang dapat memaafkan cenderung jauh dari emosi negatif, dan gangguan syaraf atau neurotik 
  4. Seseorang yang merasa dimaafkan cenderung jauh dari depresi, kemarahan, dan rendah diri 
  5. Dengan memaafkan orang lain, seeorang cenderung tidak depresi, lebih tenang dan tidak agresif maupun paranoid, dan tidak sensitif (tidak gampang tersinggung)
  6. Pasangan yang merasa puas, dekat, dan berkomitmen dengan pasangannya dalam suatu hubungan cenderung lebih mudah memaafkan
  7. Terlibat dalam kelompok tertentu yang mengajarkan perilaku maaf terbukti dapat mengatasi segala macam kecanduan, rasa bersalah, dan memiliki motivasi hidup lebih tinggi.
  8. Memaafkan dapat menjauhi anda dari penyakit jantung

Beribu poin untuk 'maaf'

Semua yang kami tulis memiliki satu kesimpulan, yaitu:

"Maaf" akan selalu berguna bagi anda.
"Maaf" akan memberikan manfaat bagi anda
"Maaf" adalah sikap kebijaksanaan

Selagi masih bulan Syawal dan masih dalam suasana Idul Fitri, mari kita saling memaafkan dan meminta maaf pada orang-orang yang pernah kita sakiti, baik yang disengaja maupun yang tidak. Karena pada intinya,

Maaf membuka pintu kebahagiaan.


Jadi, yakin masih mau mendendam?

Sumber ilmiah:

(McCullough, M. E., & Witvliet, C. V. (2002). The psychology of forgiveness. dalam C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), Handbook of Positive Psychology (pp. 446 – 458). New York: Oxford University Press)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SALES MEDIA CETAK (SURABAYA DAN MALANG)

Teknisi Jaringan

SALES EXECUTIVE ( Area Surabaya )